Dua lembar foto mengenai kematian Presiden Nicolau Lobato di bawah ini telah diposting berulang kali oleh pihak TNI di media sosial yang sebenarnya bila ditinjau lebih mendalam ada unsur positif dan negatifnya. Dari segi positifnya memiliki nilai sejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia khususnya tugas dan kekuatan TNI dalam Operasi Seroja Tim Tim, sementara dari segi negatifnya ada nuansa "penghinaan" dimana seorang Presiden tertembak mati, lantas mayatnya dijadikan objek buat selfi ramai ramai oleh beberapa petinggi TNI yang hadir, lebih jeleknya lagi jasadnya Presiden Lobato disembunyikan dan hingga kini pusara-nya masih dirahasiakan.
Di balik "penghinaan ada kebanggaan" dimana Presiden Nicolau Lobato tertembak mati pada 31-12-1978 akhirnya menjadi Pahlawan Kemerdekaan bagi negaranya, sementara Indonesia harus "menarik kembali pasukan dan kekuasaannya" dari bumi Loro Sae pada 5 September 1999 setelah pengumuman hasil jajak pendapat oleh PBB pada 4 September 99, dan itu merupakan "kekalahan" bagi Indonesia, serta "kemenangan, dan kebanggaan" bagi Timor-Leste dalam membuka lembaran baru.
Disini terjawab sudah motto Presiden Lobato "a última bala é a minha vitória" (bidikan) "peluru terakhir adalah kemenanganku".
Hidup Timor-Leste!
Sekali merdeka tetap merdeka!
No comments:
Post a Comment